Sejarah Gunung Merapi
Gunung Merapi adalah gunung berapi yang terletak di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Secara administratif, puncak Gunung Merapi terletak di Kabupaten Magelang, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Boyolali.
Daftar Isi
Koordinat geografis Gunung Merapi adalah 7.54° Lintang Selatan dan 110.44° Bujur Timur. Gunung Merapi berada di kawasan pegunungan vulkanik yang juga dikenal sebagai Pegunungan Api Merapi-Merbabu-Merbabu (Taman Nasional Gunung Merbabu). Ketinggian Gunung Merapi adalah sekitar 2.930 meter di atas permukaan laut. Namun, tinggi Gunung Merapi dapat berubah-ubah akibat dari aktivitas vulkaniknya yang terus berlangsung.
Merapi telah aktif selama lebih dari 10.000 tahun serta sering meletus dalam sejarah. Beberapa catatan sejarah mencatat bahwa letusan besar pertama Gunung Merapi terjadi pada tahun 1006 M, hingga menyebabkan hilangnya Kerajaan Mataram Kuno beserta kota di sekitarnya. Selama berabad-abad, Merapi terus meletus dengan frekuensi yang bervariasi, menyebabkan kerusakan dan korban jiwa.
Pada masa penjajahan Belanda, letusan besar Merapi terjadi pada tahun 1930 &1954, yang menyebabkan kerusakan maupun korban jiwa yang signifikan. Selama periode ini, sejumlah observatorium dan stasiun pengamatan didirikan untuk memonitor aktivitas Gunung Merapi.
Letusan paling dahsyat terjadi pada tahun 2010, menewaskan lebih dari 300 orang mengakibatkan kerusakan yang signifikan di sekitar lereng gunung. Setelah itu, pemerintah Indonesia meningkatkan sistem pengawasan serta evakuasi di sekitar Gunung Merapi.
Hingga saat ini, Gunung Merapi masih dianggap sebagai salah satu gunung berapi paling aktif dan berbahaya di dunia. Meskipun demikian, aktivitasnya masih dipantau secara ketat oleh para ilmuwan serta otoritas setempat untuk mengurangi risiko bagi penduduk di sekitarnya.
Catatan Erupsi/Letusan Gunung Merapi Secara Periodik Selama Ribuan Tahun
Sejak letusan besar pada tahun 2010, Gunung Merapi masih terus aktif dan mengalami beberapa kali erupsi kecil hingga sedang. Pada tahun 2018, Merapi meletus kembali mengeluarkan awan panas yang mengarah ke barat daya hingga menimbulkan kerusakan di sekitar daerah tersebut.
Pada awal tahun 2021, aktivitas Gunung Merapi kembali meningkat dan mengeluarkan letusan kecil hingga sedang. Pada bulan Maret 2021, Gunung Merapi mengalami letusan besar yang mengeluarkan awan panas dan material vulkanik hingga ketinggian 6.000 meter dari puncaknya. Letusan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, namun memicu peningkatan status siaga Gunung Merapi menjadi level 3 mempengaruhi aktivitas penerbangan di sekitar Yogyakarta dan Solo.
Pemerintah Indonesia bersama dengan para ahli serta otoritas setempat terus memantau aktivitas Gunung Merapi untuk meminimalkan risiko bagi penduduk di sekitarnya. Beberapa upaya telah dilakukan, seperti pemasangan peringatan, rambu-rambu evakuasi, pembangunan shelter darurat, serta sosialisasi dan simulasi evakuasi bagi masyarakat sekitar. Selain itu, terdapat juga program pendidikan dan penelitian tentang Gunung Merapi yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat akan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh aktivitas gunung berapi.
Gunung Merapi telah meletus secara periodik selama ribuan tahun. Berikut adalah beberapa catatan tentang letusan besar yang terjadi pada masa lalu hingga saat ini :
- Tahun 1006 M : Letusan besar pertama tercatat dalam sejarah, menyebabkan hilangnya Kerajaan Mataram Kuno serta kota di sekitarnya.
- Tahun 1786 : Letusan besar yang mengakibatkan banjir lahar, hingga mengubur desa-desa di sekitar gunung.
- Tahun 1822 : Letusan besar yang menyebabkan banjir lahar, mengakibatkan korban jiwa.
- Tahun 1872 : Letusan besar yang mengakibatkan lebih dari 3000 orang tewas.
- Tahun 1930 : Letusan besar yang mengakibatkan lebih dari 1300 orang tewas, serta kerusakan yang signifikan.
- Tahun 1954 : Letusan besar yang mengakibatkan lebih dari 2000 orang tewas, kerusakan yang signifikan.
- Tahun 1961-1963 : Letusan besar yang menghasilkan lava dan abu, serta menimbulkan banjir lahar.
- Tahun 1994 : Letusan besar yang mengakibatkan kerusakan parah di sekitar gunung serta korban jiwa.
- Tahun 2006 : Letusan besar yang menghasilkan awan panas dan lahar.
- Tahun 2010 : Letusan besar yang paling dahsyat dalam beberapa dekade terakhir, yang mengakibatkan lebih dari 300 orang tewas serta kerusakan yang signifikan.
- Tahun 2018 : Letusan besar yang menghasilkan awan panas dan lahar.
Gunung Merapi masih dianggap sebagai salah satu gunung berapi paling aktif di dunia dan terus dipantau secara ketat oleh para ilmuwan beserta otoritas setempat untuk mengurangi risiko bagi penduduk di sekitarnya.
Asal Usul Gunung Merapi Secara Ilmiah
Gunung Merapi berasal dari proses vulkanisme yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah. Secara ilmiah, Gunung Merapi terbentuk karena adanya aktivitas tektonik yang menyebabkan lempeng bumi yang bergerak di bawah kerak bumi di wilayah ini.
Tektonik lempeng ini menyebabkan terjadinya pengangkatan magma ke permukaan, kemudian membentuk gunung berapi seperti Gunung Merapi. Magma ini kemudian mendingin dan membentuk lapisan batuan yang membentuk tubuh gunung.
Selain itu, Gunung Merapi juga terletak di daerah yang dikenal sebagai "Cincin Api Pasifik" atau "Ring of Fire" yang merupakan wilayah dengan aktivitas vulkanisme yang sangat tinggi di dunia. Wilayah ini dikelilingi oleh lempeng tektonik yang saling bertemu dan berinteraksi, sehingga terjadi banyak aktivitas vulkanik dan gempa bumi di wilayah ini.
Dalam hal ini, asal usul Gunung Merapi secara ilmiah dapat dijelaskan sebagai hasil dari proses vulkanisme yang terjadi di wilayah Indonesia bagian tengah, yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti aktivitas tektonik dan lokasi geografisnya di Cincin Api Pasifik.
Legenda Asal Usul Gunung Merapi
Beberapa legenda asal usul gunung merapi serta cerita-cerita yang tersebar di masyarakat.
Tentang Sang Hyang/Dewa Api
Menurut legenda Jawa, Gunung Merapi dianggap sebagai tempat tinggal dari Sang Hyang Api, dewa api dalam mitologi Jawa. Sang Hyang Api dianggap sebagai sosok yang sangat kuat dan dihormati, namun juga berbahaya. Konon, letusan dan erupsi Gunung Merapi dikaitkan dengan kemarahan Sang Hyang Api, yang merespon perilaku manusia yang tidak sesuai dengan norma dan etika.
Selain itu, ada juga mitos bahwa Gunung Merapi adalah bagian dari rangkaian pegunungan di Pulau Jawa yang membentuk tubuh naga yang terbaring. Gunung Merapi diyakini sebagai bagian kepala naga tersebut, dan erupsi gunung diyakini sebagai tanda-tanda naga yang sedang meronta-ronta. Legenda dan mitos seperti ini menggambarkan bagaimana budaya dan agama Jawa menyatu dengan fenomena alam di sekitarnya.
Tentang Rara Jonggrang
Ada beberapa legenda yang menjelaskan asal usul Gunung Merapi dalam budaya Jawa. Salah satu legenda yang terkenal adalah legenda Rara Jonggrang.
Menurut legenda ini, Gunung Merapi awalnya adalah seorang putra dewa yang bernama Bandung Bondowoso. Ia jatuh cinta pada seorang putri bernama Rara Jonggrang, namun Rara Jonggrang tidak menyukainya dan menolaknya.
Dalam kemarahan, Bandung Bondowoso mengejek Rara Jonggrang dan mengutuknya untuk menjadi patung di candi yang sedang dibangun olehnya. Rara Jonggrang yang terperdaya, meminta bantuan dari rakyat untuk membuat banyak api dan suara gaduh pada saat Bandung Bondowoso hendak menyelesaikan bangunan candi. Akibatnya, Bandung Bondowoso menyangka bahwa fajar sudah tiba dan meninggalkan proyek tersebut.
Ketika mengetahui bahwa dia telah ditipu, Bandung Bondowoso marah dan mengutuk Rara Jonggrang untuk menjadi Gunung Merapi yang berkobar-kobar dan menakutkan. Dalam legenda ini, aktivitas erupsi Gunung Merapi dipercaya sebagai kemarahan Bandung Bondowoso yang tak kunjung mereda. Legenda ini menjadi cerita rakyat dan sekarang menjadi bagian dari tradisi budaya Jawa.
Cerita Lainnya Tentang Rara Jonggrang
Dalam masyarakat Jawa, terdapat beberapa dongeng yang menceritakan asal usul Gunung Merapi. Salah satu cerita yang terkenal adalah tentang Rara Jonggrang.
Menurut cerita itu, Raja Boko adalah seorang raja yang sangat kuat dan memiliki kekuasaan besar. Suatu hari, ia memerintahkan rakyatnya untuk membangun sebuah candi yang indah dan besar. Namun, karena pekerjaan itu begitu sulit, para pekerja meminta bantuan dewa agar mereka dapat menyelesaikan pekerjaan itu dengan mudah.
Mendengar permintaan tersebut, Dewa Merapi mengirimkan putrinya yang cantik bernama Rara Jonggrang ke bumi untuk membantu para pekerja. Rara Jonggrang akhirnya jatuh cinta dengan seorang pekerja bernama Bandung Bondowoso.
Namun, Bandung Bondowoso ingin meminta Rara Jonggrang untuk menjadi istrinya, dan karena Rara Jonggrang tidak ingin menikahinya, dia membuat rencana untuk meminta Bandung Bondowoso membuat 1000 candi dalam semalam. Bandung Bondowoso berhasil menyelesaikan tugas tersebut dengan bantuan tentara roh, tetapi ketika Rara Jonggrang menyadari bahwa Bandung Bondowoso telah hampir menyelesaikan tugas tersebut, dia membuat rencana untuk menipunya agar tidak harus menikahinya.
Rara Jonggrang meminta seluruh warga desa untuk membuat keributan dan menyalakan api di sekitar candi, sehingga Bandung Bondowoso mengira bahwa matahari telah terbit dan tugasnya telah selesai. Dia sangat marah ketika mengetahui bahwa Rara Jonggrang telah menipunya, sehingga dia mengutuk Rara Jonggrang menjadi salah satu dari seribu patung di candi yang dibangunnya.
Menurut dongeng tersebut, Gunung Merapi kemudian muncul sebagai akibat dari amarah Dewa Merapi atas penghinaan Rara Jonggrang dan kecurangan Bandung Bondowoso. Gunung Merapi juga dianggap sebagai tempat bersemayamnya Dewa Merapi dan dianggap sebagai tempat sakral bagi orang Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan jejak di kolom komentar. Jangan spam. Terimakasih.